WARNA YANG MENTAH
Oleh : Guruh Ramdani
Para perupa muda, khususnya yang punya style realis;
Berbicara soal teknis mewarnai, belajarlah untuk mengeksplorasi warna, cobalah misalnya untuk menggambar warna kulit itu tidak harus coklat (atau warna seadanya dari bawaan alat: pensil warna, cat, air, pastel, atau cat minyak).
Bukalah kemungkinan bahwa untuk menghasilkan warna coklat itu merupakan campuran antara arsiran kuning ditumpuk unggu, atau hijau dengan oranye, atau kuning ditumpuk biru dan merah, misalnya.
Cobalah untuk membuat hijau itu dengan cara mencampur kuning dengan biru, bukan hijau apa adanya. Atau untuk warna warna lainnya juga yang sifatnya merupakan hasil campuran.
Keuntungan dari teknis mewarnai semacam ini adalah, pertama, gambar menjadi lebih artistik karena warnanya lebih kaya dan tidak monoton; kedua, semua warna terpakai, tidak menghabiskan warna tertentu saja, karena jika menggunakan warna tube saja, ada warna yang sama sekali tidak terpakai; dan yang ketiga adalah, selalu muncul kejutan-kejutan estetika yang tidak terduga, dan bisa menghasilkan eksplorasi estetika pada tahap pembuatan karya selanjutnya.
Warna itu adalah persepsi, yang menentukan kesan realis itu adalah jatuhnya cahaya dan bayangan. Karena bukankah foto atau lukisan hitam putih (tanpa warna Cyan, Yellow, dan Magenta) pun tetap bisa membentuk identitas objek tertentu, dan sah dikatakan sebagai karya realis?
Bahkan teknologi digital pun sesungguhnya sudah memanfaatkan kekayaan warna ini. Jika kita zoom sebuah foto sampai maksimal di software pengolah bitmap, maka jika yang tampak sekilas seperti warna coklat (dalam bentuk foto utuh), namun dalam bentuk pixel akan menampakkan bentuk aslinya, kotaknya ada yang berwarna merah, unggu, kuning, coklat itu sendiri, dan seterusnya. Maka, jika kita hanya menggunakan satu warna saja dari alat (tube atau pun pensil), ibaratnya kita hanya menggunakan "teknologi warna satu pixel" saja. Padahal jika dianalogikan dengan teknologi digital, semakin tinggi resolusinya, semakin banyak jumlah warna yang diakomodasinya
Maka jika demikian, hakekatnya teknologi digital pun merupakan persepsi dari si penciptanya, karena kamera atau gadget merk A, akan berbeda hasil dan kwalitas warnanya dibandingkan merk B, C, atau D.
Kalau teknik pewarnaan ini sudah diaplikasikan, maka hasilnya bukan tidak mustahil akan lebih bagus dari referensi atau fotonya. Atau mungkin malah lebih jelek jika yang bersangkutan belum berpengalaman menggunakannya, dan malah bingung. Tapi ya itu wajar saja dalam proses belajar, bukan? Yang jadi masalah itu adalah jika tidak mau belajar, merasa pintar sendiri, lama-lama makin bosen karena tidak ada peningkatan kwalitas karya, dan akhirnya malah tidak berkarya.
Jaman saya kuliah dulu, jika warnanya hanya mengunakan seadanya dari tube, disebutnya, "warna kamu mentah," kata dosen saya...
Sekian, mudah-mudahan ada manfaatnya
Terima kasih
Terlampir adalah sebuah karya yang menggunakan berbagai macam warna untuk gambar kulit (pensil warna di atas kertas)
Oleh : Guruh Ramdani |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar