Profil Abah Choirun Sholeh

Abah Choirun Sholeh Dalam Event Pameran PI di Karawang

SEKILAS BIOGRAFI CHOIRUN SHOLEH

Choirun Sholeh,( lahir di Klaten 17 juni 1967) anak terakhir dari lima bersaudara , mulai gemar menggambar sejak Sekolah Dasar, beberapa kali penghargaan di raihnya waktu mengikuti lomba lukis tingkat SD sekecamatan hingga kabupaten, setelah lulus SMA mulai fokus menggeluti seni lukis dengan otodidak, mengingat untuk meneruskan sekolah di Akademi Seni itu tidaklah mungkin karena kehidupan orang tua yang di bilang sangatlah pas-pasan. pada masa itu untuk bisa melukis, Choirun Sholeh sering kali terbentur dengan permasalahan biaya untuk membeli alat-alat lukis agar bisa terus menyalurkan hobby dan bakatnya tsb. Meminta uang pada orang tua tidaklah mungkin karena keadaan ekonimi orang tua yang bisa dikatakan tidak mencukupi untuk merealisasikan bakatnya ini, di tambah lagi alat-alat lukis terhitung mahal waktu itu untuk kelas pemula.

Tahun 1987, setelah lulus SMA tekadnya keras untuk bisa menyalurkan bakat melukisnya tersebut, Choirun Sholeh mulai mencari uang untuk dapat membeli alat-alat lukis dengan cara berjualan es potong (es Agogo) di daerah Tembilahan Indragiri Hilir Riau. Di belakang gerobak dorong ,dibawah payung diiringi terompet kecil toet-toet Choirun Sholeh keliling di setiap gang dan jalan di kota Tembilahan. Dari situlah dia mendapatkan uang dan mulai dapat membeli alat-alat lukis untuk meneruskan hobby melukisnya. Perjuangan menggapai impian Choirun Sholeh yang bisa dikatakan cukup keras itu belum membuat hasil karya lukisannya laku di jual dimasa itu. Kadang hanya ada saudara dan teman datang yang minta lukisannya itu. Usahanya di Riau berjalan hingga dua tahunan..

Tahun 1990, mulai membuka sanggar lukis di rumah sendiri. Saat itu lukisannya sudah mulai di beli orang namun tetap saja belum bisa menutupi biaya beli alat-alat lukis agar usahanya terus bisa berjalan. Karena pembeli lukisannya hanya tetangga dan orang sekitarnya saja. Waktu itu lukisannya dijual murah sekali. Kadang tidak bisa mematok harga yang layak dari bakat melukisnya tersebut dengan kata lain Choirun Sholeh hanya dapat berlega dengan membiarkan terserah pembeli mau bayar berapa untuk sekedar meng ganti biaya beli cat.

Lagi-lagi terbentur biaya untuk beli alat-alat lukis. Pekerjaan demi pekerjaan silih berganti di lakoni, dari jualan plastik bungkus di pasar Sleman, jualan buah di pasar Johar Semarang, tukang amplas di LIK (Lembaga Industri Kecil) Semarang. Akhirnya tahun 1991 Choirun Sholeh memutuskan berjualan Es potong lagi di kota Sambas – Kalimantan Barat. Perjuangan berat masih harus ditempuhnya. Karena hanya dengan berjualan es itulah uang bisa terkumpul secukupnya dan cat lukispun bisa terbeli. Begitulah seterusnya setiap cat habis solusi untuk dapat cat…, ya berjualan es potong. Karena sampai saat itu kalau harus mengandalkan hasil menjual lukisan saja belum bisa untuk membeli keperluan melukis.

Tahun 1992 Jakarta adalah persinggahan selanjutnya untuk seorang Choirun Sholeh. Mulai menguji dan menjajakan hasil karya lukisan di Jakarta dimana tempat berkumpulnya uang dan manusia. Di Jakarta inilah Choirun Sholeh mulai belajar menjalani lebih serius lagi hidup dengan hasil lukisannya dan Alhamdulillah dapat mengontrak rumah kecil di kawasan Lenteng Agung. Berrmodalkan tekad Choirun Sholeh mulai menawarkan hasil karyanya dari pintu ke pintu, rumah ke rumah orang-orang kaya. Keliling dari pagi hingga sore. Terkadang saat waktu pulang kekontrakannya.., tak satupun ada hasil. Pengalaman menjadi pelukis jalanan di kawasan Pasar Baru – Jakarta juga pernah dia lakoni. Panasnya terik matahari di bawah payung di pinggiran kali Choirun Sholeh menawarkan kepada para pengguna jalan untuk melukiskan wajahnya atau photo.

Di Jakarta inilah Choirun Sholeh mulai banyak mengetahui jenis aliran lukisan dengan berbagai macam bentuk dan modelnya setelah sering berkunjung di Pasar Seni Ancol dan tempat- tempat penjualan lukisan. Maklumlah Choirun Sholeh tidak belajar seni secara Akademis. Baru disadarinya kalau lukisan itu ternyata ada banyak macem aliran. Choirun Sholeh banyak belajar dengan melihat hasil karya pelukis pelukis senior di Ancol dan dan gallery-gallery. Bertanya tentang Lukisan, macam-macam cat, harga cat, cara membuat kanvas sendiri dengan baik. Bukan waktu yang singkat dan ringan untuk sebuah perjuangan.

Choirun Soleh 

Tahun 1994, Choirun Sholeh-pun menikah dan kemudian memutuskan untuk tinggal di Yogyakarta bersama Istri dan anaknya. Di Jogja inilah Choirun Sholeh mulai mengumpulkan terus hasil karyanya hingga tahun 1997. Setelah perjuangannya mengumpulkan hasil karya, mulailah Choirun Sholeh mencoba mengikutikan karya – karyanya pada FKY ( Festival Kesenian Yogyakarta) sebagai ajang pameran lukisan perdananya.

Setelah itu…., mulailah kehidupan sebagai seorang seniman di mulai lebih tekun lagi. Istrinya yang juga lulusan IKIP Jogja jurusan Seni Tari ikut mendukung profesi sang suami sebagai pengabdi seni ,mengarungi bahtera kehidupan bersama dalam suka dan duka sebagai keluarga seniman yang mencukupkan hidup dari hasil karya seni.

Pada Tahun 1997 itu Choirun Sholeh terus menerus mengikuti event-event pameran, dari FKY, Basar Seni, Beber Seni, Jambore Nasional Seni Rupa, hingga pameran-pameran di Hotel bintang Lima tidak luput diramaikan oelh hasil karya Choirun Sholeh ini.

Studio Abah Choirun Sholeh Di Klaten

Tahun 2000, Setelah pecinta seni dan kolektor mulai mengenalnya…, Choirun Sholeh memilih pindah dan menetap di Klaten sebagai tempat di mana beliau di lahirkan. Membangun rumah dan studio di Klaten untuk aktivitasnya melukis hingga saat ini.
Choirun Sholeh & PELUKIS NATURALIS TANPA MAKHLUK BERNYAWA.

Lukisan Landscape Karya Choirun Sholeh

Berjalan dengan waktu…, saat ini Choirun Sholeh memutsukan untuk beralih pada LUKISAN PEMANDANGAN ALAM TANPA MAKHLUK YANG BERNYAWA. Mungkin menjadi pertanyaan bagi anda…, apa yang menyebabkan Choirun Sholeh memilih beralih pada aliran Naturalis dengan tidak menyertakan makhluk yang bernyawa ke dalam lukisannya. Sebagaimana yang telah Choirun Sholeh fahami & yakini berdasarkan AlQur’an & AlHadist, bahwa melukis makhluk yang bernyawa itu tidaklah diperbolehkan secara syar’i. Dengan segenap alasan yang diyakininya itulah yang saat ini menjadi latar belakang karya –karya lukisan Choirun Sholeh tanpa menyertakan makhluk yang bernyawa hingga saat ini dan seterusnya. Semoga pembaca bisa menghargai apa yang sudah beliau yakini saat ini.

Lukisan Choirun Sholeh yang di koleksi Bapak SBY


Choirun Sholeh & PEJABAT TINGGI NEGARA

Perjuangan bukanlah sia-sia. Tekad dan harapan yang besar salah satu faktor yang membentuknya menjadi seorang pelukis yang cukup dikenal. Dan ini semua dicapai karena kemudahan dari Allah semata.

Dari hasil karya- karyanya yang telah tersebar saat ini…, beberapa sudah di koleksi oleh pejabat Negara dan pengusaha besar Indonesia. Antara lain seperti :
- Bapak Presiden Susilo Bambang Yudayana (baca : Koleksi lukisan Bapak Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono)
- Bapak Menseskap Dipo Alam 
- Bapak mantan kepala BIN Sutanto
- Bapak Hary Cahyono mantan wakasad
- Karyanya juga banyak di pajang di Instansi Pemerintah seperti di Istana Negara (baca : Salah satu koleksi lukisan Istana Negara karya Choirun Sholeh)
- Kementrian Sekertaris Negara dan masih banyak lagi.

AKHIR KATA

Kiranya biografi Choirun Sholeh ini cukup memberi inspirasi bermanfaat bagi pembaca sekalian.
Ketahuilah…, perjuangan butuh tekad, keberanian, pengorbanan dan paling penting adalah tuntunan dari Allah subhanahu wata’ala. Jangan pernah menganggap diri besar dengan sendirinya.., karena peran andil Allah subhanahu wata’ala sang pencipta dan pemberi rezki sangat besar dalam jalan hidup setiap anak manusia.


Akhirul kalam …, Subhanakallahumma wabihamdika asyhadu allaailaaha illa anta astaghfiruka wa atuubu ilayhi.




Sumber
Group WA Pelukis Indonesia
Share:

Solichin Drawing Workshop



Solichin drawing workshop adalah kegiatan belajar menggambar bersama, dengan cara dan media yang biasa digunakan oleh master solichin totok , workshop ini diadakan selain keinginan master sendiri , juga karna banyaknya antusias dari peserta solichin drawing event 1 & 2 , serta dukungan dari sponsor utama yang tidak mau disebutkan namanya yaitu mrs D ,
Workshop yang pertama ini diadakan selama 3 hari , bertempat di Wisma Kepodang , Kaliurang Yogyakarta , dan hari terakhir dilanjutkan live sketch di km 0 Yogyakarta sekaligus perpisahan , di hadiri juga beberapa pelukis senior seperti master Hari Willi , master Kin Kin , master Rujiman


Para Master Seni Rupa
Foto Para Undangan Dan Mentor

Dan dari semua yang hadir dan menjadi tujuan diadakannya acara adalah para peserta yang sangat antusias mengikuti drawing event ini
Berikut nama peserta , mentor & undangan yang hadir
  

1. Rimbo Bastian Basyaruddin
2. M Zar'an Uye
3. Amru Ghozali Hafidz
4. Adhie Shapoetra
5. Galih Dista Hermawan
6. Aris munandar
7. Amroh Rouqoh Al-Majid
8. P. Presetio
9. Pembayun Amk
10. Asia Poto/Suparno
11. Delly Yulians
12. Ary WP
13. Agus tomin
14. M. najibullah Najib Muzaka
15. Tekun Setiadjie
16. RahmArt Qadriyanto
17. Masrudin
18. Daplin
19. Cucu Hadis
20. Soesantoe Kas-j
21. Alie Burhan Art
22. Ihsan Ikhsan Kurniawan
23. Gundy Isrofiyanto
27. Kario Sangadi 
28. Nizar
29. Ahmad Syaikun ( Mentor )
30. Muhlisun jalembong ( Mentor )
31. Kemal Sabilla Rusdiantama ( Mentor + Fotografer )
32. Arief ( Peserta + Fotografer )
33. Dina Farcha ( Undangan )
34. Hari Willy (Undangan)
35. Rujiman (Undangan)
36. Herini ( Undangan )
37. Ahmad Thobroni ( Penyusup )

Berikut beberapa foto dokumentasi dalam bentuk photo slide jepretan dari mas Kemal Sabilla Rusdiantama , mas Arief & mas Suparno ( Asia poto )
k3
Perkenalan & Pengenalan

21106589_1970311136587111_8900478513203797656_n
Para Mentor Memberikan Tutorial Proporsi Dengan Metode Proyeksi Mata
Berikut ada beberapa video yang sempat saya rekam di acara drawing workshop ini ,  mungkin suara & gambarnya kurang bagus, karna saya rekam dari jarak 8 meteran, maklum penyusup takut ketahuan wkwkwkw

Youtube Bagian 1


Youtube Bagian 2


Youtube Bagian 3


Youtube Bagian 4


Pesertapun mengikuti arahan demi arahan dari mentor , terlihat dari wajah para peseta tidak ada yang terbebani sama sekali, cuma saya yang merasa gelisah, was-was , buru-buru , kwatir , maklum saya tak lama di workshop ini, tak lebih dari 2 jam saya disana dan harus menangkap inti dari workshop ini,

21105717_1689224851089785_4178599375469915595_n
Para Peserta Sedang Belajar & Mempraktekkan Teknik Proyeksi Mata , Ada Yang Santai , Serius , & Unik...
Setelah 3 hari kegiatan workshop di wisma kepodang kaliurang saatnya perpisahan , mentor dan sponsor pasti berharap kegiatan ini bisa bermanfaat dan melahirkan bibit-bibit seniman baru yang suatu hari nanti bisa menjadi seniman yang hebat , 


perpisahan (3)
Foto Bersama Perpisahan Solichin Drawing Workshop






Share:

Solichin Drawing Event


Solichin drawing event adalah kegiatan belajar bareng lewat sosmed "Facebook" yang diadakan oleh master realis Solichin Totok untuk memberikan semangat dan dorongan melukis untuk semua kalangan khususnya pemula, dengan metode melukis bersama dengan object yang sama dan diposting bersama sampai batas waktu yang telah ditentukan, Event ini mendapat banyak respon positif dari kalangan pemula & senior , tak kurang dari 200 peserta ikut meramaikan event ini , 

setelah semua karya diposting , Master Solichin sendiri yang akan menilai, mengapresiasi dan mengkoreksi semua lukisan yang di upload, 

Ada hadiah khusus untuk peserta yang terpilih yaitu " SOLICHIN DRAWING BOOK " , biasanya untuk peserta yang punya motivasi tinggi untuk belajar melukis yang dipilih, tidak berdasarkan karya yang terbaik,

Berikut object untuk Sholicin drawing event

Solichin Drawing Event 1

Solichin Drawing Event 2



Share:

Melukis Menggunakan Pensil Warna

Pensil Warna
Berdasarkan pengalaman saya, untuk melukis dengan pensil warna, yang harus disiapkan selain alat dan bahan adalah minat pastinya, tanpa minat yang kuat , alat-alat dan bahan yang disiapkan tidak akan tersentuh, alhasil tidak akan ada karya yang tercipta, heeee,

Tak perlu panjang lebar, alat dan bahan yang saya digunakan sebagai berikut

Faber Castel Classic
1. Pensil Warna
Adalah alat utama yang saya gunakan disini , ada berbagai macam merk & type yang dijual dipasaran, seperti Fabercastell , Kenko, Staedler, Greebel dll

Saya pribadi menggunakan pensil warna Faber castell classic , selain kwalitasnya lumayan bagus , harganya juga tidak mahal, ada beberapa paket yang dijual dipasaran, 12 color , 24 color , 36 color & 48 color , saya sarankan untuk pembelian pertama yang 48 color karena warnanya komplit, 

untuk selanjutnya kalau teman-teman merasa karyanya sudah pro, bisa menggunakan pensil warna premium semisal Prismacolor, Polychromos dll , tentu dengan harga yang lumayan mahal,

Serutan
2. Serutan
serutan penting dalam melukis dengan pencil warna, karena untuk mendapatkan arsiran yang baik pensil harus selalu dalam keadaan runcing , berikut beberapa model serutan yang dijual dipasaran

Derwent ElEraser

3. penghapus
pensil warna termasuk alat yang susah untuk dihapus, kalau goresannya masih tipis masih bisa dihapus sampai bersih, tapi kalau arsiran sudah tebal tidak bisa dihapus dengan penghapus biasa, menghapunya menggunakan electrik eraser , itupun masih ada bekasnya. berikut beberapa model penghapus yang beredar di pasaran,
Uni Posca Paint Marker

4. Marker Hitam & Putih
Marker saya gunakan untuk efek solid dan highlight yang tidak bisa dibuat menggunakan pensil warna, atau sekedar mengirit pensil warna hitam yang penggunaanya paling boros. ada beberapa type marker , yang berupa jelly roll ( Sakura , Unibal ) & Paint ( Uni Posca , Snowman )
Papan Gambar

5. Papan / Alas kertas
Gunakan papan / alas kertas dengan permukan yang rata , alat ini banyak tersedia di toko buku.

6. Kertas
Kertas adalah media utama melukis dengan pencil warna, pilih kertas dengan kwalitas yang bagus dan dengan ketebalan yang baik ,
Fixative

7. Vernish
penggunaan vernis / Fixative penting untuk menjaga lukisan tetap baik dalam kurun waktu yang lama, selain fixative kusus yang diperuntukkan untuk lukisan, ada beberapa fixative alternatif yang digunakan kebanyakan seniman misalnya Pylox Clear & Hairspray

8. Kuas
Fungsi kuas disini saya gunakan untuk membersihkan kotoran bekas penghapus & ada sebagian seniman yang lain mengunakan kuas untuk menghaluskan arsiran, caranya dengan memotong ujung kuas menjadi lebih pendek.

Beberapa contoh karya saya melukis menggunakan pensil warna










Share:

Profil Guruh Ramdani ( Master Cat Air )


Guruh Ramdani

          Beliau adalah seorang seniman yang bersahaja dan juga akademisi salah satu perguruan tinggi di Kota Bogor, Pria kelahiran Sumedang 18 September 1975 ini adalah alumni sekolah seni terkemuka di Indonesia yaitu ISI " Institut Seni Indonesia " Jogjakarta, beberapa karya beliau dipakai untuk design materai , sampul buku dll, Selain menjadi dosen di IPB & membuka kursus melukis di depok, beliau juga aktif berbagi ilmu dan kuliah di dunia sosial media seperti facebook, twitter & instagram dan dekat dengan para penggemarnya,

ini beberapa lukisan karya beliau 

Mencari Celah ( cat air )
  Kaum urban dipersimpangan jalan ( cat air )
Sebuah senyuman pada suatu pagi di Timika ( cat air )
Berbagi ruang ( cat air )

Manusia gerobak ( cat air )


source
facebook, blogspot











Share:

Buku Sketsa Solichin









Buku Sketsa Solichin

Tampilan buku The Sketchbook Solichin.

Ini merupakan gagasan yang menarik. Mengkombinasikan paket yang komprehensif dan menonjolkan keunikan. Saya menyebutnya sebagai sebuah gabungan berbagai seni yang dikemas cerdas, elegan dan cantik, terbit dari passion yang keluar dari hati. Bila kita mendapatkan buku ini, kita bisa mengurai bahwa disana ada seni penerbitan buku, seni rupa berupa sketsa/lukisan, seni menjual, seni arsitektur dan nilai historis heritage yang kental. Idenya adalah residensi seorang seniman otodidak, bernama Solichin, asal Semarang. Ia melakukan residensi di Losari Resort & Spa di kawasan nan sejuk, Magelang. Losari merupakan kawasan perkebunan kopi masa kolonial yang dilengkapi dengan tempat pengolahan kopi. Perkebunan kopi (plantation) di Losari masih dikembangkan, namun bangunan kolonial di sekitarnya, kemudian difungsikan sebagai resort yang telah dikembangkan berikut paket wisata yang berhubungan dengan kopi dan tradisi. 

Seniman melakukan residensi di Losari selama waktu yang disepakati. Membuat studi sketsa tempat atau sudut tertentu di resort tersebut yang memiliki nilai historis atau keunikan yang terdeskripsikan menarik. Kemudian kumpulan sketsa tersebut dibukukan. Diberi pengantar di setiap sketsa yang digambarnya. Bukunya dicetak hardcover, sampul sederhana warna coklat tua polos dengan teks judul buku warna emas. Dicetak dengan kualitas tinggi dan berbahasa Inggris. Sangat recommended menjadi souvenir yang elok bagi kolega atau tamu khusus pengunjung Losari Resort & Spa tersebut. Buku ini terasa intim dan hangat saat diterima, serasa mendapatkan karya-karya sketsa Solichin dengan spesial meskipun bukan karya aslinya.

Tak hanya itu tentunya, kala itu saya berkesempatan menghadiri acara pembukaan pameran di Losari, disertai dengan pameran sketsa original karya Solichin dan mengundang tamu-tamu untuk makan siang, santai menikmati suasana resort yang dingin, ngobrol ringan hingga lobbying dan juga melakukan charity. Buku ini menjadi sebuah artefak berharga dari sebuah proses. Yang lebih menarik adalah sebuah kombinasi marketing yang terpaket elegan, indah dan multi segmen bukan. Bagaimana tidak? Buku ini kemudian jelas bermanfaat bagi para pecinta traveller, perhotelan dan pariwisata, penggiat heritage dan seni rupa itu sendiri.

Salah satu karya Solichin dalam buku tersebut.
Solichin yang saya kenal memang bukan lulusan sebuah perguruan tinggi seni. Solichin seorang otodidak dalam berkarya. Tetapi karya realisnya memang kuat, meski ia perlu memiliki pengayaan lebih dalam pada detail saat menggambar figur saat saya kenal dia tahun 2008 itu. Gaya lukisan Solichin berupa sketsa dengan pensil dan realis. Sayangnya saya belum mendapat informasi, kenapa Solichin yang dipilih dalam proyek ini. Dalam buku tersebut, Solichin berhasil mendokumentasikan Losari Resort & Spa berupa 26 karya sketsa plus 2 sketsa wajah (dirinya sendiri dan Grabiella Teggia), bertitimangsa antara 2003 hingga 2007, semua berukuran sama. Semuanya menggunakan media pensil di atas kertas. Kertas yang digunakan dalam buku tersebut pun, sejenis kertas untuk membuat karya sketsa tapi berbahan tebal. Sehingga meskipun buku ini hanya berisi 46 halaman, tetapi tebalnya 1,5 cm karena kertas yang digunakan tiap halamannya sudah tebal. 


Solichin menggambarkan beberapa ruangan, mulai dari ruang resepsi (menerima tamu), villa, taman dan restoran di tempat itu. Bahkan hingga sebuah pohon klengkeng atau monumen kecil di kawasan tersebut. Salah satu yang menarik, ada sketsa berjudul ‘The Unfinished Elephant’, pencil on paper, ukuran 49,5 x 34,5 cm, 2003. Di sebelah halaman sketsa tersebut diberikan deskripsi pendek mengenai gambar yang ada dalam sketsa itu, dalam bahasa Inggris: ‘The Unfinished Elephant. At Muntilan Village, there was an artist, famous stone carver, descendant from the ancestors who carved the Borobudur Temple. When I stopped, he was carving three small stone elephants. “Stop… stop”, I said. “ I want them unfinished”. He did not understand why'. Setiap deskripsi yang menyertai sketsa Solichin disusun oleh Gabriella Teggia, ia dikenal sebagai konseptor hotel bernuansa butik, Amanjiwo dan Losari, keduanya berlokasi di Magelang, Jawa Tengah. 

Profil Gabriella Teggia & Solichin berikut sketsa wajah mereka yang termuat dalam buku.
Solichin lahir di Semarang, tepatnya 23 Desember 1968. Orang tuanya memberi nama Ahmad Solichin. Segera setelah dia lulus tahun 1995, dia mencoba peruntungan di bisnis Stock dan menjadi stock broker di Semarang. Kemudian dia menyadari bahwa itu bukan dunianya dan dia memutuskan untuk berubah tujuannya. Memilih Yogya sebagai kota tempat tinggalnya, Solichin kemudian memulai hidup barunya sebagai seniman di tahun 2002. Disamping sketsa, dimana itu merupakan keahliannya, Solichin juga merupakan pelukis yang berbakat. Ia memilih aliran realis untuk gayanya. Ia percaya bahwa realisme merupakan cara terbaik untuk menggambarkan dunia dalam sebuah kanvas.


Buku berdimensi 15 x 22 x 1,5 cm, dengan judul lengkap ‘The Sketchbook Solichin. Losari Coffee Plantation Resort & Spa’, merupakan terbitan Losari Coffee Plantation & Spa, Magelang. Diproduksi oleh Naturatama, yang berbasis di Jl Kaliurang, Yogyakarta. Naturatama digawangi oleh pasangan suami istri Ratna Amatsari T & Nanok Tunarno yang memang dikenal handal dalam hal mendesain sebuah terbitan mulai dari konseptor hingga sebuah buku/majalah terbit. Ditengok dari karya-karya sketsa yang dihasilkan Solichin antara tahun 2003-2007, buku ini toh akhirnya terbit di tahun 2007. Betul-betul sebuah proses. Maka menurut saya, hal ini layak dicopi oleh seniman-seniman yang berniat melakukan residensi. Agar bisa berpikir multiside, multibisnis, multisegmen, berkarakter serta long lasting. Sehingga apa yang dihasilkan dari residensi tidak sekadar hanya berkarya di tempat lain dalam waktu tertentu, pameran dan selesai. Tetapi tentu saja, ini memerlukan sinergi berbagai pihak. Seperti penyandang dana untuk penerbitan buku, penulis, kurator, venue, publikasi dan marketing buku itu sendiri ketika telah terbit dan sebagainya; tentu bukan perkara murah. Tapi setidaknya patut dicoba bukan, banyak hal bisa dieksplorasi !




source
http://nunukambarwati.blogspot.co.id/2015/08/buku-sketsa-solichin.html
Share:

Solichin ( Si Pelukis Realis )

Solichin Si Pelukis Realis

Pernyataan seniman dari Solichin yang saya jumpai di timeline facebooknya, tanggal 2 Oktober 2015. Dia katakan, dalam melukis realis 3 hal penting yang saya selalu perhatikan saat melukis:

1. Proporsi
2. Arah pengarsiran
3. Intensitas gelap terang (tones)

Bila Proporsi tidak pas... Saya jamin 1000000 % lukisan atau drawing saya tidak akan mirip dengan obyek asli. Proporsi yang pas cuma bisa didapat dari proyektor, grid, pantograph atau jiplak alias ngeblat. Untuk bermain kira-kira pasti akan berpeluang meleset. Kecuali mata kita sudah dilatih jadi proyektor alami. Bila arah arsiran atau arah memainkan kuas kurang luwes... drawing atau lukisan saya akan kaku. Bila tones atau intensitas gelap terang kurang pas, maka volume obyek drawing atau lukisan saya akan kacau. Ini pendapat saya yang tidak pernah sekolah seni.


Berikut ini foto-foto hasil kunjungan saya ke studio Solichin di Monggang Kidul, Bantul (Minggu, 19/10/2015).

Solichin saya minta demo melukis. Pengen intip cara atau teknik melukis realisnya dia. Dan dia sama sekali tidak keberatan untuk berbagi ilmu pada siapapun yang mau belajar.

Biasanya Solichin mencari obyek yang bagus melalui internet. Salah satunya foto anak perempuan ini. Di studionya pun ia sudah mencetak berlembar-lembar foto untuk dia buat lukisannya.



Ini adalah sebagian peralatan melukisnya. Biasanya setelah proses arsir dilanjutnya dengan teknik dussel (atau bahasa mudahnya ngusek-usek). Solichin memodifikasi sendiri kuas-kuas yang membantunya mencapai hasil dussel yang ia inginkan. Seperti bisa kita lihat, itu hanya sejumput kapas yang diselotip dan lidi sebagai tangkainya. Menurut dia, kapas kualitas bagus sangat berpengaruh pada hasil dussel yang ia kerjakan.

Salah satu karya yang sedang ia kerjakan. Ukurannya 70 x 90 cm, menggunakan kertas manila dan pensil conte (arang). Menurut Solichin, ia bisa merampungkan karya seperti ini dalam 2-3 hari saja. Kalau kelamaan jenuh juga katanya. Karya seperti ini sudah banyak peminatnya dan sudah siap siapa pembelinya :)


Karya-karyanya sudah banyak sekali. Sampai digulung-gulung karena tidak memiliki tempat penyimpanan yang layak dan hidup berpindah tempat beberapa kali. Kadang ia sedih karena karya-karya yang ia buat hanya tergeletak berdebu atau rusak karena kondisi penyimpanan.



source
http://nunukambarwati.blogspot.co.id/2015/10/solichin-si-pelukis-realis.html
Share:

Profil Solichin Totok ( Master Realis )

Profil Facebook
     Achmad Solichin Totok Setianto atau biasa di sapa dengan nama Solichin Totok " sesuai nama profil facebooknya ",  Lahir di semarang, 23 Desember 1968, Beliau adalah pelukis otodidak yang rendah hati dan tak segan-segan berbagi ilmu dengan siapapun walau orang yang tidak beliau kenal, terutama di komunitas sosial media " Facebook ", 

Pernah mengeyam pendidikan di UNDIP dan lulus sebagai Sarjana Ekonomi pada 1995. Tapi karena kecintaan pada melukis, maka beliau lebih banyak mengisi waktunya dengan melukis.  ia pernah bekerja di bidang bisnis stock broker di Semarang. Setelah menemukan bahwa itu bukanlah dunianya, ia memutuskan untuk mengubah jalan hidupnya. Memilih Yogya sebagai basis berkarya, kemudian memulai hidup barunya sebagai pelukis sejak 2002. disamping sketsa, dimana hal itu merupakan keahlian utamanya. Beliau juga pelukis berbakat dan memilih aliran Realis sebagai stylenya. Beliau meyakini bahwa Realisme adalah jalan terbaik untuk 'menangkap' alam semesta dalam sebuah kanvas.

Selain sibuk melukis & pameran, beliau juga mengadakan event sendiri di media sosial bertajuk #solichindrawingevent , ini dilakukan untuk mewadahi & menyemangati teman seniman terutama yang pemula , saat ini sudah 2 kali diadakan event dan yang terpilih mendapatkan reward yang kata beliau tak seberapa, tetapi bagi kami itu sangat berharga terutama untuk apresiasi & arahan yang beliau berikan dengan ikhlas,    

Berikut beberapa karyanya





source



Share:

Motivasi & Inspirasi Seni (1)

Motivasi oleh Solichin Totok

" One little smile can change everything "
Untuk memberi semangat kepada orang, 
tidak perlu hal yang besar, 
cukup dengan sentuhan kecil, 
pujian kecil, lewat kata-kata 
atau bahkan lewat senyuman kecil, 
maka sesuatu yang baik dan besar 
bisa diawali.



Memasarkan Karya
Motivasi oleh Solichin Totok

Cara memasarkan karya
yang paling mujarab adalah...
Berkaryalah sebagus mungkin..
Karena 1 orang tahu
Sama dengan sejuta orang tahu.





x
x
Share:

Total Tayangan Halaman

+ Follow
Join on this site

with Google Friend Connect

Popular Posts